Karena bulan Juni termasuk dalam musim kemarau, hujan tidak mungkin turun. Dan jika dilihat dari tahun penciptaan puisinya yaitu tahun 1989, yang pada saat itu musim kemarau dan musim hujan masih berjalan secara teratur, tidak seperti sekarang. Karena itulah hujan harus menahan diri untuk tidak turun ke bumi. Memberi nilai filosofi. Sehabis hujan ada pelangi. Sehabis air mata ada senyuman. Dalam labirin gelap. Dalam tangis dan deritaku. Pasti ada rancangan indah. Ada warna dan cahaya kehidupan. Yang memberi sebuah senyum bahagia. Seindah pelangi.

Hujan, Jalak, dan Daun Jambu adalah salah satu puisi dari antologi puisi Hujan Bulan Juni yang diterbitkan Grasindo pada 1994. Ketika pertama membaca puisi ini, saya langsung terpikat pada kata-kata yang menjadi judul puisi ini, yakni kata “hujan”, “jalak”, dan “daun jambu”. Saat awal membaca saya merasa kalau kata-kata tersebut

Masih sakitkah dan hancur dirimu Masihkah tersedia setetes air mata untuk meratap Menangisi cerita hidup yang penuh hitam. Hidup ini seperti pelangi Untuk bisa melihat indahnya warna Kau harus melewati hitamnya hujan Untuk bisa merasa manisnya bahagia Kau harus merasakan sakitnya derita. Kuatkanlah wahai teman Kau tak sendiri sastra (genre), yaitu prosa dan puisi. Biasanya prosa disebut sebagai karangan bebas, sedangkan puisi disebut karangan terikat. Puisi adalah karya seni sastra. Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra. Rene Wellek dan Warren (1968: 25) mengemukakan: òpaling baik kita memandang kesusastraan

Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com. Hujan Yang Kurindu. Untukmu yang kurindu. Siang malam pasti kutunggu. Berharap kamu datang untukku. Oh hujan yang kurindu. Datang dengan menawan. Membawa kesegaran. Pelangi-pelangi yang menghiasi.

jQFOcD3. 437 46 304 71 352 90 37 45 254

puisi hujan dan pelangi